Bugbug Menyapa Gapura Sanghyangambu
Bugbug Menyapa Gapura Sanghyangambu

Bugbug Menyapa Gapura Sanghyang Ambu - Gerbang Menuju Moksa

“Bugbug Menyapa” adalah istilah yang digunakan untuk memberi nama gapura (menuju moksa-kebahagiaan abadi) yang baru dibangun, sejenis gapura kuno khusus buat bangunan suci, Parahyangan, khususnya bagi penganut agama Hindu Bali, terletak di bukit Sanghyang Ambu, Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem. Bubug Menyapa secara arfiah dalam Bahasa Inggris artinya, “Bugbug Greets,” sebagai gerbang terbuka yang memberi kesan pertama untuk menyambut dan menyapa pengunjung di tempat tersebut dengan ramah.

                Cerita berawal dari sebuah inspirasi yang menghampiri pikiran I Nyoman Purwa Ngurah Arsana, Kelian Desa Adat Bugbug yang baru dilantik ketika itu, setelah acara penobatan di bulan Oktober 2020, idenya adalah beliau ingin memberikan hadiah kejutan untuk keluarga sekaligus para penyungsung dari manca desa, lima desa bersaudara, Bugbug, Bebandem, Ngis, Jasri dan Datah, yang berkunjung ke rumah tua, tempat suci, Pura Gumang, untuk melakukan persembahyangan.

                Gapura didisain oleh Ir. Wayan Winaja, tampak arsitektural nya berbeda dengan gapura pada umumnya. Dua bangunan terpisah namun sepasang, merupakan ‘bagalan’ pondasi utama, master plan, dengan pengaruh generasi megalitikum, generasi tua yang berpola pikir sederhana namun mampu melakukan segala terobosan dan memberi semangat yang luar biasa untuk sebuah kemajuan. Sebuah simbol perjalanan beradaban yang terus bergerak dari generasi ke generasi dan mampu beradaptasi pada jaman nya.

Perencana Gapura Sanghyangambu
Perencana Gapura Sanghyangambu

Dinding gapura diukir sangat unik dengan disain arsitektural Bali kuno dikombinasikan dengan pengaruh jaman batu. Bentuk dan ukiran nya terinspirasi dari alam pohon pakis yang terus tumbuh melingkar membentuk ranting baru secara kontinyu. Hal tersebut menunjukan adanya sebuah perputaran hidup yang terus tumbuh secara berkelanjutan. Tampak secara keseluruhan gapura memancarkan energi spiritual(taksu) yang mengundang kekaguman para pengunjungnya.

Dengan memberikan kesan pertama di pintu gerbang utama, tentunya membuat saudara dari manca desa akan sangat senang. Kebahagian mereka akan menjadi kekuatan tersendiri dalam melakukan perjalanan spiritual mereka, perjalanan suci, mendaki bukit untuk meraih puncak dengan ketinggian 279 meter di atas permukaan air laut untuk memuja Bethara Gede Gumang, Bethara yang berstana di Pura Gumang. Kami percaya dan berharap cara penyambutan tersebut akan meninggalkan kesan yang dikenang untuk selamanya.

Gapura tersebut juga diperuntukan untuk menyambut dan menyapa publik yang sedang berkunjung ke areal tersebut, menjadi daya tarik wisata baru yang mempromosikan kearifkan lokal dalam bentuk disain arsitektural, khususnya mereka yang datang dari arah barat menuju ke timur, Amlapura, ibu kota kabupaten Karangasem sebelum mereka tiba di Desa Bugbug dan daerah lain nya di kabupaten Karangasem. Gapura yang megah dan unik sebagai kesan pertama memberi inspirasi menyenangkan yang akan mengiringi selama perjalanan mereka menelusuri kabupaten Karangasem.

Bugbug merupakan salah satu Desa Tua di Bali dengan keunikan budaya dan tradisi yang masih ada dan telah diwariskan dari beberapa generasi. Bugbug juga sangat erat kaitanya dengan perjalanan spiritual para orang suci yang melakukan perjanan suci di Bali beberapa abad yang lalu. Disamping itu, Bugbug juga diberkahi sumber alam yang luar biasa, keindahan alam laut, pertanian, sungai, bukit dan talenta talenta yang luar biasa untuk menjadikan desa salah satu tujuan wisata yang paling diminati. (By Kade Lasiadi)

Kade Lasiadi
Kade Lasiadi

Ir. Wayan Winaja, Arsitek Gapura Sanghyang Ambu Pura Gumang, Desa Adat Bugbug

Open chat
1
Scan the code
Hello 👋
Can we help you?